oleh
Taufik Sandi*
PENDAHULUAN
Pada
Dasarnya Suatu Bentuk Kritikan Adalah Penegasan terhadap sebuah opini yag tidak
sesuai dengan pemahaman sang kritikus. Namun sebelum menjawab keraguan diri
terhadap opini yang diberikan, penulis mengungakapkan sesuatu bahwa tidak semua
opini itu perlu di kritisi, apabila kita sudah sepahaman dengan opini tersebut
tentunya tidak ada lagi sesuatu yang perlu dikritisi lagi.
Tulisan
ini mencoba menjawab apa yang perlu dikritisi dari segi sudut pandang peuis
sebagai kritikus dalam tulisan ini, tentunya dengan adanya bahan seperti ini
akan menjadi perbincangan antar pencetus opini dengan sang penulis sendiri.
Tulisan ini bukanlah sebuah kebenaran demikian pula dengan opini yang diberikan
bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna jadi perlu membangun pemahaman yang sama
agar tidak ada kekeliruan dalam memahami salah satunya.
Filsafat
ilmu pengetahuan yang berasal dari buku terbitan UNM yag di tulis guru
besar filsafat Prof. DR. Suparlan
Suhartono, P.hD menjadi acuan dalam perkuliahan ini tentunya menjadi patron
dalam mata kuliah ini.
Dalam
tulisan ini akan membahas apa yang tidak di sepahami tentang perkembangan ilmu
pengetahuan, tentunya diawali dari apa itu filsafat ilmu pendidikan sampai pada
pemanfaatan filsafat ilmu pengetahuan itu sendiri terhadap diri atau
masayarakat yang oleh penulis buku mengatakan bahwa ada indikasi pergeseran
dari tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Harapan
penulis tentunya bahwa tulisan ini bukanlah sesuatu yang sempurna dan mungkin
jauh dari kesempurnaan, namun inilah sudut padang penulis sendiri, yang
kemudian menjadi dinamika tersendiri dari manusia itu sendiri. Tentunya harapan
penulis yakni saran dan masukan untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan
penulis menjadi yang terbaik dan terindah. Semoga bisa menjadi yang terbaik
adalah dambaan setiap competitor tapi menjadi lebih baik adalah pilihan.
PEMBAHASAN
Konsep Pluralitas Arti dan Isi Filsafat
Manusia dan Filsafat
Manusia adalah mahluk yang berfilsofi. Dimana
dalam menjalani hidupnya manusia berfilsafat demi mengeksistensikan dirinya
yang mempunyai asal dan tujuan hidup.
Manusia adalah mahluk unik dengan daya rasa,
karsa dan ciptanya (karya).
Latar belakang lahirnya
filsafat adalah dorongan keingin tahuan manusia akan pengetahuan yang hakikat,
sebab-musabab keberadaan dan bagaimana mencipkan barang-barang yang senilai
yang dilatarbelakagi oleh tujuan-tujuan tertentu (sehinga kegunaan) bagi
perkembagan hidup dan kehidupannya. Oleh karena itu, keingintahuan manusia itu
bersifat dinamis secara terus-menerus dan konsisten bergerak sampai
keakar-akarnya. Rasa ingin tahu sampai keakar-akarnya itulah sebagai
pertanda bahwa filsafat sudah lahir. Maka dari itu dapatlah dikatakan bahwa
latar belakang lahirnya filsafat ada dua yaitu :
·
Interen : yang dimaksut faktor intern adalah
kecenderungan atau dorongan dari dalam diriu manusia, yaitu rasa ingin tahu
·
Eksteren : faktor eksteren adalah adanya hal atau
sesuatu yang menggejala dihadapan manusia sehinga menimbulkan rasa heran dan
rasa kagum.
Sebab
itu dapat dikatakan secara lebih tegas lagi bahwa filsafat itu lahir dalam diri
manusia pada saat ia mulai merasakan kagum dan ingin tahu, kemudian memikirkan
secara radikal mengenai hal-hal atau segala sesuatu yang menggejala
dihadapannya demi mengetahui arti hidupnya dengan terus berkembang dengan rasa,
karsa, dan karya yang dimiliki untuk mengetahui tujuan hidupnya.
Namum
yang terjadi banyak orang telah meluakan asal dan tujuan hidupnya karena
memiliki ketiga kelebihan yang menciptakan filsafat hidupnya namun hanya
sebagian yang dimiliki misalnya saja ketika daya rasa yang dikedepankan maka
manusia itu menjadi mahluk social yang merasa hidupnya untuk melengkapi orang
lain. Hidup untuk mengabdi menjadi tujuan yang ta berakhir dalam dirinya, yang
sebenarnya baik tapi terkadang berlebihan sehingga melupakan untuk apa dia ada
didunia ini. Ketika manusia itu mengedepankan karsa yakni dengan sikap
intelegensinya yang dimiliki mengakibatkan cenderung manusia yang sombong
dengan apa yang dimiliki sehingga hanya dia yang lebih baik dibanding yang lain
sehingga tidak bisa menerima saran dan masukan.manusia seperti ini terkadang
jatuh dan tak bisa bangkit lagi karena sikap yang dimiliki ini dominan dalam
dirinya bahwa apa yang dilakukan adalah yang terbaik. Untuk yang terakhir ini
terkadang dengan cipta manusia menjadi manusia yang sangat matematis dan
terkadang hidup diibaratkan dengan materi, sehingga itu yang membuat manusia
lupa diri dan aspek ini hanya menghasilkan manusia yang materialistis.
Itulah
manusia dengan kelebihan yang dimiliki namun terkadang dengan kelebihan
tersebut terkadang tidak berimbang sehingga apa yang dimilikinya mengakibatkan
manusia itu menjadi mahluk yang jauh dari kodratnya yakni mengakibatkan manusia
yang materialistis dan hedons.
Filsafat
ada dalam diri manusia baik dalam persoalan apapun itu filsafat senantisa
melekat dalam diri manusia baik dalam kondisi penuh persoalan hidup ataupun
sebaliknya. Dengan filsafat manusia menjadi manusia, filsafat mengarahkan
bagaimana manusia itu mengeksistensikan hidupnya. Pernyataan ini pada dasarnya
kita sepakati karena dalam diri manusia telah diberi karunia untuk memahami dan
mengetahui asal dan arah tujuan hidupnya, namun terkadang manusia menyangkali
bahwa dalam hidup ketika ada awal maka ada akhir sebagai tujuan hidup.
Seandainya saja manusia mampu memanfaatkan karunia yang dimiliki dengan
menjalani hidup dengan cara aktualisasi diri serta mengeksistensikan dirinya
dengan bingkai filsafat maka tak ada kesenjangan social, manusia hedons dan
materialistis, tak ada kaya dan miskin. Yang ada manusia yang bijaksana
menghadapi hidup tak ada eksploirasi alam,manusia yang sadar akan akhir dari
tujuan hidupnya.
Arti Etimologi Filsafat
Filsafat
berasal dari kata falsafah (bahasa Arab) atau filosofi (bahasa Yunani) berarti
cnta kebijaksanaan, cinta menggunakan akal budinya atau cinta menggunakan
pengalaman dan pengetahuannya secara arif. Karena menggunakan pengalaman dan
pengetahuan secara arif dengan akal budi dianggap suatu kebenaran untuk
bertindak maka cinta kebijaksanaan juga dianggap cinta akan kebenaran untuk
bertindak.Kebijaksanaan dapat berbeda dengan kebijakan. Pada umumnya kebijakan
merupakan konsep, asas atau aturan biasanya tertulis untuk melaksanakan
kebijaksanaan. Kebenaran dan kebijaksanaan itu sebetulnya masih relative,
karena yang absolute atau definitive ada pada Tuhan.
Dari akar pengertian tersebut terlihat bahwa
pada dasarnya dalam diri manusia itu telah ada filsafat tapi untuk
mengaktualisasikan filsafat dalam dirinya manusia harus mengaplikasikan potensi
yang dimilikinya.
Jadi filsafat timbul karena
pengalaman sistematis dari pengetahuan. Pengertian pengetahuan juga dapat
bermacam-macam antara lain adalah ‘sesuatu yang ada atau dianggap ada’.
Filsafat sering diuraikan dengan
kata-kata atau kalimat yang susah dipahami oleh yang baru belajar. Karena itu
dalam buku pegangan ini baik untuk filsafat umum sebagai pengenalan.
Pembidangan Fisafat
Filsafat merupakan suatu
forum, tempat atau ajang diskusi yang bebas; tempat mencari hikmat
ditengah-tengah ilmu pengetahuan. Filsafat berusaha mendekati masalah mendasar
manusia yang harus dianggap secara terbuka, mendalam, sistematis, kritis dan
tidak apriori, atau berprasangka, tidak dogmatis dan ideologis, melainkan
secara rasional dan argumentative.
Selain yang diungkapakan
oleh Prof. Suparlan Suhartono, M.Ed. P.hd bahwa filsafat dibagi atas
pembidangan aspek materi dan pembidangan aspek objek forma.
Pembidangan objek materi
didasari dari kesamaan objek tersebut sehingga ada pengelompokkan objek yang
dimaksudkan. Pada dasarya pembidangan filsafat dengan konteks objek materi ini
maka hanya akan berakhir pada konsep sebab-akibat, atau konsep aksi-reaksi pada
kimia. Ketika manusia terlahir maka suatu saat nanti manusia akan berakhir, ada
awal ada akhir dan apabila pengkajian ini maka manusia akan berakhir pada satu
pernyataan siapa yang paling sempurna??siapa yang menciptakan dunia jagad
raya??jawaban akan berakhir pada satu jawaban yakni TUHAN. Dimana ketika
pertanyaan-pertanyaan diatas di jika ditinjaua dari causa prima/sebab-akibat,
atau aksi reaksi maka jawaban itu akan membetuk hubungan yang akan mudah
dipahami.
Pembidangan Objek forma
bbiasa disebut dengan cara pandang atau sudut pandang seorang terhadap objek
yang dinilaia. Pembidangan objek forma melihat objek dengan sudut pandang
berbeda. Ada beberapa filsafat yang ditinjau dari pembidangan ini yang
diantaranya:
1. Logika adalah cabang filsafat yang
mempelajari aturan atau patokan yang harus ditaati agar orang dapat berpikir
dengan tepat, teliti dan teratur untuk mencapai kebenaran.
2. Epistemology salah satu cabang filsafat yang
menyoroti, dari sudut sebab pertama, gejalan pengetahuan dan kesadaran manusia.
Apakah pengetahuan itu benar dan terpercaya; apakah tetap dan tidak berubah,
atau berubah-ubah saja, ataupun bergerak dan berkembang; dan jika yang terakhir
itu keadaannya, lalu ke manakah ia; apakah merupakan masalah pribadi ataukah
sejauh mana memasyarakat dan menyejarah. Dalam epistemology diusahakan member
jawab atas pertanyaaan kemungkinan pengetahuan, tentang batasannya, tentang
asal dan jenis pengetahuan.
3. Kritik ilmu yang disebut filsafat ilmu pengetahuan
adalah cabang filsafat yang menyibukkan diri dengan teori pembagian ilmu,
metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan
yang diberikan yang tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan melainkan merupakan
tugas filsafat. Dewasa ini filsafat pengetahuan dirasakan semakin penting.
4. Ontology sering disebut metafisika umum atau filsafat
pertama adalah filsafat tentang seluruh kenyataan atau segala sesuatu sejauh
itu ‘ada’. Manusia, benda, tumbuh-tumbuhan, binatang adalah suatu pengada,
karena itu pengetahuan tentang pengada sejauh mereka ada, disebut ontology.
Jadi, metafisika adalah refleksi filsafat kenyataan paling dalam dan paling
akhir secara mutlak. Metafisika umum bermaksud mengungkapkan seluruh kenyataan
dalam satu visi menurut intinya yang paling mutlak.
5. Teologi metafisik membicarakan filsafat ke-Tuhan-an
atau logos (ilmu) tentang Theos (Tuhan) menurut ajaran agama dan kepercayaan
Kosmologi
membicarakan kosmos atau alam semesta tentang hal ihwal dan evolusinya. Filsuf
yang berperan antara lain Pitagoras, Plato, Ptolemenus (system edaran benda di
langit, bertahan 14 abad) lalu diganti oleh system Copernicus.
1. Antropologi bersangkutan dengan filsafat manusia
mempelajari manusia sebagai manusia; menguraikan apa atau siapa manusia menurut
adanya yang terdalam; sejauh bisa diketahui mulai dengan akal budinya
yang murni. Kajian filsafat manusia adalah manusia yang hidup dalam banyak
dimensi. Manusia adalah sekaligus materi dan hidup, badan dan jiwa; ia
mempunyai kehendak dan pengertian. Manusia juga seorang individu, tetapi
tidak dapat hidup terlepas dari orang lain. Manusia merupakan tempat bertemunya
kebebasan dan keharusan, masa lampau yang tetap dan masa depan yang masih
terbuka.
2. Etika atau filsafat moral. Etika adalah bidang
filsafat yang mempelajari tidakan manusia. Etika dibedakan dari semua cabang
filsafat lain karena tidak mempersoalkan keadaan dalam kaitannya dengan tujuan
hidupnya
3. Estetika sering juga disebut filsafat keindahan
(seni), adalah cabang filsafat yang berbicara tentang pengalaman, bentuknya,
hakikat keindahan yang bersifat jasmani dan rohani. Apa karya seni itu, apa
yang disebut indah itu; mengapa objek tertentu atau bidang tertentu sangat
menarik untuk manusia? Itulah pertanyaan yang menjadi tugas estetika.
4. Sejarah filsafat adalah cabang
filsafat yang mengajarkan jawaban para pemikir besar, tema yang dianggap paling
penting dalam periode tertentu, dan aliran besar yang menguasai pemikiran
selama suatu jaman atau suatu bagian dunia tertentu. Dalam sejarah filsafat
lazimnya dibedakan tiga bagian besar, filsafat india, filsafat Cina dan
filsafat barat.
Filsafat Hidup Dan Filsafat Akademik
a. Filsafat hidup
Filsafat yang bersangkutan dengan
kehidupan sehari-hari maksutnya adalah suatu pandangan hidup yang menjadi
pedoman dalam pengaturan sikap, cara dan tingkah laku hidup sehari-hari dalam
rangka mencapai tujuan hidup, adanya tujuan hidup menetukan adanya pandangan
hidup atau yang sering di sebut sebagai filsafat hidup. Keberadaan manusia di
dunia ini adalah untuk mepertanggung jawabkan kehidupannya agar sampai pada
tujuan hidup berupa kebahagiaan abadi.
Filsafat hidup atau pandangan hidup
yang terkandung didalamnya suatu tujuan hidup itu adanya ditentukan oleh
pandangan tentang asal mula manusia dan alam semesta ini, tidak ada yang hidup
di dunia ini tanpa tujuan hidup. Sehingga tidak ada orang yang tidak mempunyai
filsafat hidup. Hanya saja, jenis dan kualitas filsafat hidup itu
berbeda-beda, pada umumnya filsafat hidup berasal atau terbentuk dari kehidupan
keagamaan dan adat istiadat sertra kebudayaannya. Filsafat hidup ini bersifat
tertutup, artinya filsafat itu ada karena telah ditentukan oleh norma-norma
keagamaan, adat istiadat dan budaya sosial yang sedang berlaku.
b. Filsafat akademik
Filsafat akademik bersifat rasional
terbuka, dipelajari secara metodik dan sistematik menurut pendekatan-pendekatan
tertentu untuk mencapai kebenaran dan hakiki mengenai objek yang dipelajari.
Filfasat akademik mempunyai tujuan
dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana
penyelenggaraan hidup sehari-hari. Filsafat perlu dipelajari secara akademik
menurut perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terarah kepada
kebaikan umum.
Filsafat hidup dan filsafat akademik
itu ada keterkaitannya. Diantara kduanya terkandung hubungan yang kualistik. Adanya
filsafat hidup yang menyebabkan adanya filsafat akademik. Yang hakiki didalam
filsafat hidup adalah tujuan hidup manusia yaitu kebahagiaan abadi. Kiranya
tujuan ini tidak berbeda dengan tujuan filsafat yang dipelajari secara
akademik. Keduanya hanya berbeda dalam hal sikap, cara dan tingkah laku.
Filsafat akademik selalu mencoba
berupaya membuka tabir yang menyelimuti sesuatu hal, membongkar tradisi dan
menciptakan pola hidup kearah pembaruan sehingga hidup ini berkembang sesuai
dengan kodrat manusia itu sendiri.
Masalah Pengetahuan Dan Ilmu Pengetahuan
Masalah Pengetahuan
Apakah pengetahuan itu?
Menurut susunan perkataannya pengetahuan merupakan
proses mengetahui, dan menghasilkan sesuatu yang disebut pengetahuan.[1] Pengetahuan itu adalah sesuatu
yang ada secara niscaya pada diri manusia. Keberadaannya diawali dengan
dorongan ingin tahu yang bersumber dari kemauan.
Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran (logika), perasaan(estetika),
dan pengalaman (etika). Dengan demikian, pengetahuan yang
benar haruslah dapat diterima dengan akal, sekaligus dapat diterima dengan
perasaan, dan layak dipraktikkan dalam tingkah laku. Pengetahuan dapat
diperoleh melalui proses yang kiranya dapat diterangkan sebagai berikut.
Pada mulanya
pengetahuan didapat dengan cara percaya. Selanjutnya, melalui kemampuan
pancaindra dan pengalaman kepercayaan itu mulai diragukan kebenarannya. Ketika
pikiran mulai bekerja, maka mulai ada perkiraan, yaitu ketika
faktor yang mengiyakan ataumeniadakan mulai berat
sebelah dan apabila semakin kuat, maka kemudian berubah menjadipendapat.
Ketika pendapat sering teruji baik secara empirik maupun rasional, maka berubah
menjadi kepastian. Akhirnya, ketika kepastian selalu teruiji baik
secara empirik maupun rasional, maka berubah menjadi keyakinan yang
cenderung sulit untuk diubah.
Dari proses terbentuknya
pengetahuan, dapat disimpulkan bahwa hakikat pengetahuan berlapis-lapis mulai
dari tingkat kepercayaan, keraguan sampai pada tingkat kepastian dan keyakinan.
Persoalan lain yaitu mengenai
masalah objek pengetahuan. Jika disebutkan, objek pengetahuan
bisa berupa benda mati, benda hidup, manusia, bahkan Tuhan sang Pencipta
sendiri. Disini terlihat bahwa, dorongan ingin tahu itu tidak terbatas pada
apakah objek itu dapat diketahui atau tidak.
Mengapa Pengetahuan itu
Ada?
Adanya pengetahuan dapat
ditentukan oleh faktor internal yaitu kecenderungan rasa ingin
tahu, yakni dalam diri manusia sendiri, dan faktor eksternal yaitu
dorongan dari luar berupa tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
kehidupan. Oleh sebab itu, dalam rangka pencapaian tujuan hidup, semua masalah
perlu dipecahkan satu per satu secara benar, pasti dan tepat.
Mengenai sebab adanya
pengetahuan, menjadi lebih jelas jika dibahas secara kebalikan. Bagaimana
seandainya manusia tidak mengupayakan adanya pengetahuan? Berbeda dengan
binatang, kehidupan manusia didukung kemampuan kodrat tripotensi kejiwaan, yaitu
cipta (sebagai alat untuk mengetahui nilai kebenaran), rasa (sebagai alat untuk
mengetahui dan menemukan nilai keindahan), dan karsa (alat untuk mengetahui
nilai kebaikan). Pengetahuan tentang tiga nilai itu mutlak perlu bagi manusia
untuk mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan hidup dan kehidupannya.
Mengenai sebab musabab
pengetahuan, juga bersangkutan erat dengan masalah sumber-sumber
pengetahuan. Dikenal ada beberapa sumber, yaitu:
· Kepercayaan,
adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya erbentuk
norma-norma dan kaidah baku yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap tetapi
subjektif.
· Kesaksian,
pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercaya adalah
orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apapun yang mereka
katakan pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik, karena
kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang yang cukup
berpengalaman. Jika kesaksian mereka bohong, hal ini akan membahayakan
kehidupan masyarakat.
· Pengalaman
indrawi, merupakan alat vital untuk penyelenggaraan kebutuhan hidup
sehari-hari. Kemempuan panca indra sering diragukan kebenarannya, karena
kemampuan alat indra sangat terbatas,dan terkadang menipu.
· Akal
pikiran, mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal
yang seragam dan bersifat tetap. Akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan
yang lebih umum, objektif dan pasti serta yang bersifat tetap, sehingga dapat
diyakini kebenarannya, meskipun belum tentu dapat dialami secara indrawi.
· Intuisi,
sumber ini berupa gerak hati paling dalam, sangat bersifat spiritual, melampaui
ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan
intuisi ini tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indrawi maupun
akal pikiran, sehingga tidak dapat berlaku umum, hanya berlaku personal.
Kelima sumber tersebut memberikan
gambaran umum mengenai sebab musabab adanya pengetahuan.
Bagaimana Adanya
Pengetahuan Itu?
Penjelasan mengenai
persoalan bagaimana adanya pengetahuan, berkaitan dengan sifat-sifat
pengetahuan.
Pengetahuan yang bersumber dari
kepercayaan, kesaksian, dan pengalaman indrawi digolongkan menjadi
pengetahuan langsung, artinya pengetahuan yang langsung
diterima tanpa adanya kritik. Jenis pengetahuan ini bersifat konkret
(terikatoelh ruang dan waktu), khusus (tidak berlaku umum), bersifat relatif
(selalu berubah-ubah). Dari ketiga sumber tersebut pengalaman indrawi yang
lebih dapat dipercaya, karena pengetahuan ini sudah beralasan, menurut
bukti-bukti empirik.
Pengetahuan bersumber dari akal
pikiran ergolong ke dalam jenis pengetahuan tak langsung,karena
diperoleh melalui objek yang bermacam-macam, satu per satu berubah dan bersifat
konkret. Lebih dari itu dikatakan pengetahuan tak langsung karena diperoleh
melaluipendekatan-pendekatan dan sudut pandang yang
mungkin, serta metode atau sistem yang cocok.
Kemudian sumber pengetahuan intuisi,
dapat digolongkan ke dalam pengetahuan langsung, kebenarannya
sangat subjektif karena itu sulit diukur dan dijelaskan kepada orang lain.
Namun, kebenaran pengetahuan ini sering membentuk sikap dan prilaku seseorang
secara lebih konsisten.
Dengan pengetahuan tak langsung
inilah kemudian lahir ilmu pengetahuan. Namun tidak terpisahkan
dengan pengetahuan langsung. Dalam artian bahwa pengetahuan langsung merupakan
awal bagi pengetahuan tak langsung dengan memberikan bahan-bahan dasar dan
rangsangan untuk diolah secara metodis dan sistematis menjadi pengetahuan
ilmiah.
Masalah Ilmu Pengetahuan
Dalam Webster’s New Collegiate,
mengatakan ’knowledge' (pengetahuan) menjelaskan tentang
adanya sesuatu hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman,
kesadaran, informasi, dan sebagainya. Sedangkan ’science’ (ilmu
pengetahuan) didalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih
praktis, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek
studi yang lebih bersifat fisis (natural). Jadi pengetahuan dapat dipahami
mempunyai cakupan yang lebihluas dan umum, sedangkan ilmu pengetahuan dapat
dipahami sebagai ilmu yang mempunyai cakupan lebihsempit dan khusus dalam arti
metodis, sistematis dan ilmiah.
Objek Ilmu Pengetahuan
Pembicaraan mengeni
objek, dikenal ada dua jenis yaitu objek materi dan objek forma. Objek materi
adalah sasaran pokok penyelidikan berupa materi yang dihadirkan dalam suatu
pemikiran atau penelitian. Oleh sebab itu dalam rangka memperoleh pengetahuan
yang benar dan pasti mengenai suatu objek, dengan mempertimbangkan keterbatasan
kemampuan akal manusia, maka perlu dilakukan pembatasan. Pembatasan ini
dilakukan dengan menentukan pertama kali jenis objek (manusia, benda, dan
sebagainya), dan selanjutnya titik pandang (menurut segi mana objek materi itu
diselidiki). Penentuan akan jenis objek itulah yang lalu menjadi objek materi
tertentu.
Menurut objek formanya ilmu
pengetahuan justru cenderung berbeda-beda dan berjenis bentuk dan
sifatnya. Objek forma mempunyai kedudukan dan peranan yang mutlak dalam
menentukan suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Selanjutnya menentukan
jenis ilmu pengetahuan yang tergolong bidang studi apa, dan sifat ilmu
pengetahuan yang tergolong kuantitatif ataukah kualitatif.
Metode Ilmu Pengetahuan
Di antara beberapa jenis metode,
metode observasi adalah yang paling sering dipakai oleh jenis ilmu pengetahuan
apapun. Observasi yang dimksud adalah tentu saja yang bersifat ilmiah, artinya
observasi harus tetap didalam konteks objektivitas. Untuk itu pengamat perlu
membersihkan diri, melupakan apa yang sudah diketahui dan seolah-olah melakukan
pengamatan dengan mata baru. Sehubungan dengan metode observasi, pengamatan
yang tapat dan objektif (dapat dibktikan kebenarannya) adalah mutlak dalam ilmu
pengetahuan. Untuk itu, Titus dkk.menentukan syarat-syarat yang sahih, antara
lain:
· Pengindraan
yang normal atau sehat
· Kematangan
intelektual
· Alat-alat
fisika seperti teleskop, mikroskop, dna lain-lain
· Posisi
tempat atau kondisi pengamatan harus tepat
· Adanya
pengetahuan lapangan.
Sistem Ilmu pengetahuan
Suatu fungsi bagi ilmu
pengetahuan adalah mutlak adanya. Ada enam jenis sistem yang lazim dipakai di
dalam ilmu pengetahuan (Soerjono Soemargono: 1989), antara lain dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1.
sistem tertutup. Sistem ini tidak memungkinkan masuknya
unsur-unsur baru ke dalamnya. Sistem tertutup membantu langkah-langkah
penyelidikan dalam hal mulai dari penyusunan hipotesis sampai penyusunan kesimpulan.
Sistem tertutup lebih banyak berhubungan dengan objek yang bersifat kuantitatif
dan metode penyelidikan deduktif.
2.
sistem terbuka. Sistem ini dimaksudkan untuk memberikan
peluang bagi masuknya unsur-unsur baru. Dengan sistem terbuka, penyelidikan lebih
verifikatif, sehingga lebih memungkinkan untuk mencapai kebenaran ilmiah.
Sistem terbuka lebih banyak dipergunakan bagi objek penyelidikan kualitaif dan
metode penyelidikan induktif.
3.
sistem alami. Sistem ini memang sudah ada sejak semula
merupakan suatu kesatuan yang utuh, dalam rangka tujuan yang telah pula
ditentukan sejak semula. Dengan sistem alami, penyelidikan mendapatkan landasan
objektif berupa sifat-sifat khas objek penyelidikan. Sistem ini sangat berguna
bagi pencapaian kebenaran objektif.
4.
sistem buatan. Sistem ini jelas merupakan hasil karya
manusia. Hal ini diciptakan secara sengaja untuk memenuhi segala macam
kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin kompleks, yang disebabkan oleh
perkembangan kuantitas manusia itu sendiri.
5.
sistem berbentuk lingkaran sisem ini sebagai perkembangan
dari sistem buatan tadi. Hal ini dibuat agar lebih dapat memudahkan bagi
tercapainya salah satu tujuan hidup. Dengan sistem daur, maka habitat objek
penyelidikan dapat menjadi jelas, sehingga jalannya penyelidikan menjadi tetap
konsisten.
6.
sistem berbentuk garis lurus. Agar dapat mencapai tujuan
yang lebih mudah, maka dengan sistem ini disusunlah perjenjangan mulai dari
yang paling rendah ke yang paling tinggi. Dengan proses tersebut maka
keberadaan objek dapat diketahui, sehingga dapat membantu penyelidikan untuk
mendapatkan kebenaran.
Daftar Referensi:
Hadi, DR. P. Hardono. 1994. Epistemologi
Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius.
Jujun.
S.S. 1978. Ilmu dalam Perspektif. Kanisius. Jakarta
Suhartono, Suparlan. 2010. Filsafat Ilmu Pengetahuan; wawasan, sikap
dan perilaku keilmuwan. Penerbit UNM. Makassar.
Soetriano, dkk. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Penerbit
Andi. Jogjakarta
Sumber-sumber
lain yang relevan
*) Mahasiswa Pasca Sarjana UNM prodi Pendidikan Kimia
**) Salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
pengetahuan
0 komentar:
Posting Komentar