Kritik Filsafat Pendidikan**

Selasa, 03 Juli 2012


oleh
Taufik Sandi*

PENDAHULUAN
Pada Dasarnya Suatu Bentuk Kritikan Adalah Penegasan terhadap sebuah opini yag tidak sesuai dengan pemahaman sang kritikus. Namun sebelum menjawab keraguan diri terhadap opini yang diberikan, penulis mengungakapkan sesuatu bahwa tidak semua opini itu perlu di kritisi, apabila kita sudah sepahaman dengan opini tersebut tentunya tidak ada lagi sesuatu yang perlu dikritisi lagi.
Tulisan ini mencoba menjawab apa yang perlu dikritisi dari segi sudut pandang peuis sebagai kritikus dalam tulisan ini, tentunya dengan adanya bahan seperti ini akan menjadi perbincangan antar pencetus opini dengan sang penulis sendiri. Tulisan ini bukanlah sebuah kebenaran demikian pula dengan opini yang diberikan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna jadi perlu membangun pemahaman yang sama agar tidak ada kekeliruan dalam memahami salah satunya.
Filsafat ilmu pengetahuan yang berasal dari buku terbitan UNM yag di tulis guru besar  filsafat Prof. DR. Suparlan Suhartono, P.hD menjadi acuan dalam perkuliahan ini tentunya menjadi patron dalam mata kuliah ini.
Dalam tulisan ini akan membahas apa yang tidak di sepahami tentang perkembangan ilmu pengetahuan, tentunya diawali dari apa itu filsafat ilmu pendidikan sampai pada pemanfaatan filsafat ilmu pengetahuan itu sendiri terhadap diri atau masayarakat yang oleh penulis buku mengatakan bahwa ada indikasi pergeseran dari tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Harapan penulis tentunya bahwa tulisan ini bukanlah sesuatu yang sempurna dan mungkin jauh dari kesempurnaan, namun inilah sudut padang penulis sendiri, yang kemudian menjadi dinamika tersendiri dari manusia itu sendiri. Tentunya harapan penulis yakni saran dan masukan untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan penulis menjadi yang terbaik dan terindah. Semoga bisa menjadi yang terbaik adalah dambaan setiap competitor tapi menjadi lebih baik adalah pilihan.
PEMBAHASAN
Konsep Pluralitas Arti dan Isi Filsafat
Manusia dan Filsafat
Manusia adalah mahluk yang berfilsofi. Dimana dalam menjalani hidupnya manusia berfilsafat demi mengeksistensikan dirinya yang mempunyai asal dan tujuan hidup.
Manusia adalah mahluk unik dengan daya rasa, karsa dan ciptanya (karya).
Latar belakang lahirnya filsafat adalah dorongan keingin tahuan manusia akan pengetahuan yang hakikat, sebab-musabab keberadaan dan bagaimana mencipkan barang-barang yang senilai yang dilatarbelakagi oleh tujuan-tujuan tertentu (sehinga kegunaan) bagi perkembagan hidup dan kehidupannya. Oleh karena itu, keingintahuan manusia itu bersifat dinamis secara terus-menerus dan konsisten bergerak sampai keakar-akarnya. Rasa ingin tahu sampai keakar-akarnya itulah sebagai pertanda bahwa filsafat sudah lahir. Maka dari itu dapatlah dikatakan bahwa latar belakang lahirnya filsafat ada dua yaitu :
·         Interen : yang dimaksut faktor intern adalah kecenderungan atau dorongan dari dalam diriu manusia, yaitu rasa ingin tahu
·         Eksteren : faktor eksteren adalah adanya hal atau sesuatu yang menggejala dihadapan manusia sehinga menimbulkan rasa heran dan rasa kagum.
Sebab itu dapat dikatakan secara lebih tegas lagi bahwa filsafat itu lahir dalam diri manusia pada saat ia mulai merasakan kagum dan ingin tahu, kemudian memikirkan secara radikal mengenai hal-hal atau segala sesuatu yang menggejala dihadapannya demi mengetahui arti hidupnya dengan terus berkembang dengan rasa, karsa, dan karya yang dimiliki untuk mengetahui tujuan hidupnya.
Namum yang terjadi banyak orang telah meluakan asal dan tujuan hidupnya karena memiliki ketiga kelebihan yang menciptakan filsafat hidupnya namun hanya sebagian yang dimiliki misalnya saja ketika daya rasa yang dikedepankan maka manusia itu menjadi mahluk social yang merasa hidupnya untuk melengkapi orang lain. Hidup untuk mengabdi menjadi tujuan yang ta berakhir dalam dirinya, yang sebenarnya baik tapi terkadang berlebihan sehingga melupakan untuk apa dia ada didunia ini. Ketika manusia itu mengedepankan karsa yakni dengan sikap intelegensinya yang dimiliki mengakibatkan cenderung manusia yang sombong dengan apa yang dimiliki sehingga hanya dia yang lebih baik dibanding yang lain sehingga tidak bisa menerima saran dan masukan.manusia seperti ini terkadang jatuh dan tak bisa bangkit lagi karena sikap yang dimiliki ini dominan dalam dirinya bahwa apa yang dilakukan adalah yang terbaik. Untuk yang terakhir ini terkadang dengan cipta manusia menjadi manusia yang sangat matematis dan terkadang hidup diibaratkan dengan materi, sehingga itu yang membuat manusia lupa diri dan aspek ini hanya menghasilkan manusia yang materialistis.
Itulah manusia dengan kelebihan yang dimiliki namun terkadang dengan kelebihan tersebut terkadang tidak berimbang sehingga apa yang dimilikinya mengakibatkan manusia itu menjadi mahluk yang jauh dari kodratnya yakni mengakibatkan manusia yang materialistis dan hedons.
Filsafat ada dalam diri manusia baik dalam persoalan apapun itu filsafat senantisa melekat dalam diri manusia baik dalam kondisi penuh persoalan hidup ataupun sebaliknya. Dengan filsafat manusia menjadi manusia, filsafat mengarahkan bagaimana manusia itu mengeksistensikan hidupnya. Pernyataan ini pada dasarnya kita sepakati karena dalam diri manusia telah diberi karunia untuk memahami dan mengetahui asal dan arah tujuan hidupnya, namun terkadang manusia menyangkali bahwa dalam hidup ketika ada awal maka ada akhir sebagai tujuan hidup. Seandainya saja manusia mampu memanfaatkan karunia yang dimiliki dengan menjalani hidup dengan cara aktualisasi diri serta mengeksistensikan dirinya dengan bingkai filsafat maka tak ada kesenjangan social, manusia hedons dan materialistis, tak ada kaya dan miskin. Yang ada manusia yang bijaksana menghadapi hidup tak ada eksploirasi alam,manusia yang sadar akan akhir dari tujuan hidupnya.
Arti Etimologi Filsafat
Filsafat berasal dari kata falsafah (bahasa Arab) atau filosofi (bahasa Yunani) berarti cnta kebijaksanaan, cinta menggunakan akal budinya atau cinta menggunakan pengalaman dan pengetahuannya secara arif. Karena menggunakan pengalaman dan pengetahuan secara arif dengan akal budi dianggap suatu kebenaran untuk bertindak maka cinta kebijaksanaan juga dianggap cinta akan kebenaran untuk bertindak.Kebijaksanaan dapat berbeda dengan kebijakan. Pada umumnya kebijakan merupakan konsep, asas atau aturan biasanya tertulis untuk melaksanakan kebijaksanaan. Kebenaran dan kebijaksanaan  itu sebetulnya masih relative, karena yang absolute atau definitive ada pada Tuhan.
Dari akar pengertian tersebut terlihat bahwa pada dasarnya dalam diri manusia itu telah ada filsafat tapi untuk mengaktualisasikan filsafat dalam dirinya manusia harus mengaplikasikan potensi yang dimilikinya.
Jadi filsafat timbul karena pengalaman sistematis dari pengetahuan. Pengertian pengetahuan juga dapat bermacam-macam antara lain adalah ‘sesuatu yang ada atau dianggap ada’.
Filsafat sering diuraikan dengan kata-kata atau kalimat yang susah dipahami oleh yang baru belajar. Karena itu dalam buku pegangan ini baik untuk filsafat umum sebagai pengenalan.
Pembidangan Fisafat
Filsafat merupakan suatu forum, tempat atau ajang diskusi yang bebas; tempat mencari hikmat ditengah-tengah ilmu pengetahuan. Filsafat berusaha mendekati masalah mendasar manusia yang harus dianggap secara terbuka, mendalam, sistematis, kritis dan tidak apriori, atau berprasangka, tidak dogmatis dan ideologis, melainkan secara rasional dan argumentative.
Selain yang diungkapakan oleh Prof. Suparlan Suhartono, M.Ed. P.hd bahwa filsafat dibagi atas pembidangan aspek materi dan pembidangan aspek objek forma.
Pembidangan objek materi didasari dari kesamaan objek tersebut sehingga ada pengelompokkan objek yang dimaksudkan. Pada dasarya pembidangan filsafat dengan konteks objek materi ini maka hanya akan berakhir pada konsep sebab-akibat, atau konsep aksi-reaksi pada kimia. Ketika manusia terlahir maka suatu saat nanti manusia akan berakhir, ada awal ada akhir dan apabila pengkajian ini maka manusia akan berakhir pada satu pernyataan siapa yang paling sempurna??siapa yang menciptakan dunia jagad raya??jawaban akan berakhir pada satu jawaban yakni TUHAN. Dimana ketika pertanyaan-pertanyaan diatas di jika ditinjaua dari causa prima/sebab-akibat, atau aksi reaksi maka jawaban itu akan membetuk hubungan yang akan mudah dipahami.
Pembidangan Objek forma bbiasa disebut dengan cara pandang atau sudut pandang seorang terhadap objek yang dinilaia. Pembidangan objek forma melihat objek dengan sudut pandang berbeda. Ada beberapa filsafat yang ditinjau dari pembidangan ini yang diantaranya:
1.      Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari aturan atau patokan yang harus ditaati agar orang dapat berpikir dengan tepat, teliti dan teratur untuk mencapai kebenaran.
2.      Epistemology salah satu cabang filsafat yang menyoroti, dari sudut sebab pertama, gejalan pengetahuan dan kesadaran manusia. Apakah pengetahuan itu benar dan terpercaya; apakah tetap dan tidak berubah, atau berubah-ubah saja, ataupun bergerak dan berkembang; dan jika yang terakhir itu keadaannya, lalu ke manakah ia; apakah merupakan masalah pribadi ataukah sejauh mana memasyarakat dan menyejarah. Dalam epistemology diusahakan member jawab atas pertanyaaan kemungkinan pengetahuan, tentang batasannya, tentang asal dan jenis pengetahuan.
3.      Kritik ilmu yang disebut filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang menyibukkan diri dengan teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang diberikan yang tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan melainkan merupakan tugas filsafat. Dewasa ini filsafat pengetahuan dirasakan semakin penting.
4.      Ontology sering disebut metafisika umum atau filsafat pertama adalah filsafat tentang seluruh kenyataan atau segala sesuatu sejauh itu ‘ada’. Manusia, benda, tumbuh-tumbuhan, binatang adalah suatu pengada, karena itu pengetahuan tentang pengada sejauh mereka ada, disebut ontology. Jadi, metafisika adalah refleksi filsafat kenyataan paling dalam dan paling akhir secara mutlak. Metafisika umum bermaksud mengungkapkan seluruh kenyataan dalam satu visi menurut intinya yang paling mutlak.
5.      Teologi metafisik membicarakan filsafat ke-Tuhan-an atau logos (ilmu) tentang Theos (Tuhan) menurut ajaran agama dan kepercayaan
Kosmologi membicarakan kosmos atau alam semesta tentang hal ihwal dan evolusinya. Filsuf yang berperan antara lain Pitagoras, Plato, Ptolemenus (system edaran benda di langit, bertahan 14 abad) lalu diganti oleh system Copernicus.
1.      Antropologi bersangkutan dengan filsafat manusia mempelajari manusia sebagai manusia; menguraikan apa atau siapa manusia menurut adanya yang terdalam; sejauh bisa diketahui mulai dengan akal budinya  yang murni. Kajian filsafat manusia adalah manusia yang hidup dalam banyak dimensi. Manusia adalah sekaligus materi dan hidup, badan dan jiwa; ia mempunyai kehendak dan pengertian. Manusia juga seorang  individu, tetapi tidak dapat hidup terlepas dari orang lain. Manusia merupakan tempat bertemunya kebebasan dan keharusan, masa lampau yang tetap dan masa depan yang masih terbuka.
2.      Etika atau filsafat moral. Etika adalah bidang filsafat yang mempelajari tidakan manusia. Etika dibedakan dari semua cabang filsafat lain karena tidak mempersoalkan keadaan dalam kaitannya dengan tujuan hidupnya
3.      Estetika sering juga disebut filsafat keindahan (seni), adalah cabang filsafat yang berbicara tentang pengalaman, bentuknya, hakikat keindahan yang bersifat jasmani dan rohani. Apa karya seni itu, apa yang disebut indah itu; mengapa objek tertentu atau bidang tertentu sangat menarik untuk manusia? Itulah pertanyaan yang menjadi tugas estetika.
4.      Sejarah filsafat adalah cabang filsafat yang mengajarkan jawaban para pemikir besar, tema yang dianggap paling penting dalam periode tertentu, dan aliran besar yang menguasai pemikiran selama suatu jaman atau suatu bagian dunia tertentu. Dalam sejarah filsafat lazimnya dibedakan tiga bagian besar, filsafat india, filsafat Cina dan filsafat barat.
Filsafat Hidup Dan Filsafat Akademik
a. Filsafat hidup
Filsafat yang bersangkutan dengan kehidupan sehari-hari maksutnya adalah suatu pandangan hidup yang menjadi pedoman dalam pengaturan sikap, cara dan tingkah laku hidup sehari-hari dalam rangka mencapai tujuan hidup, adanya tujuan hidup menetukan adanya pandangan hidup atau yang sering di sebut sebagai filsafat hidup. Keberadaan manusia di dunia ini adalah untuk mepertanggung jawabkan kehidupannya agar sampai pada tujuan hidup berupa kebahagiaan abadi.
Filsafat hidup atau pandangan hidup yang terkandung didalamnya suatu tujuan hidup itu adanya ditentukan oleh pandangan tentang asal mula manusia dan alam semesta ini, tidak ada yang hidup di dunia ini tanpa tujuan hidup. Sehingga tidak ada orang yang tidak mempunyai filsafat hidup.  Hanya saja, jenis dan kualitas filsafat hidup itu berbeda-beda, pada umumnya filsafat hidup berasal atau terbentuk dari kehidupan keagamaan dan adat istiadat sertra kebudayaannya. Filsafat hidup ini bersifat tertutup, artinya filsafat itu ada karena telah ditentukan oleh norma-norma keagamaan, adat istiadat dan budaya sosial yang sedang berlaku.
b. Filsafat akademik
Filsafat akademik bersifat rasional terbuka, dipelajari secara metodik dan sistematik menurut pendekatan-pendekatan tertentu untuk mencapai kebenaran dan hakiki mengenai objek yang dipelajari.
Filfasat akademik mempunyai tujuan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana penyelenggaraan hidup sehari-hari. Filsafat perlu dipelajari secara akademik menurut perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terarah kepada kebaikan umum.
Filsafat hidup dan filsafat akademik itu ada keterkaitannya. Diantara kduanya terkandung hubungan yang kualistik. Adanya filsafat hidup yang menyebabkan adanya filsafat akademik. Yang hakiki didalam filsafat hidup adalah tujuan hidup manusia yaitu kebahagiaan abadi. Kiranya tujuan ini tidak berbeda dengan tujuan filsafat yang dipelajari secara akademik. Keduanya hanya berbeda dalam hal sikap, cara dan tingkah laku.
Filsafat akademik selalu mencoba berupaya membuka tabir yang menyelimuti sesuatu hal, membongkar tradisi dan menciptakan pola hidup kearah pembaruan sehingga hidup ini berkembang sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri.
Masalah Pengetahuan Dan Ilmu Pengetahuan
Masalah Pengetahuan
Apakah pengetahuan itu?
Menurut susunan perkataannya pengetahuan merupakan proses mengetahui, dan menghasilkan sesuatu yang disebut pengetahuan.[1] Pengetahuan itu adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia. Keberadaannya diawali dengan dorongan ingin tahu yang bersumber dari kemauan. Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran (logika), perasaan(estetika), dan pengalaman (etika). Dengan demikian, pengetahuan yang benar haruslah dapat diterima dengan akal, sekaligus dapat diterima dengan perasaan, dan layak dipraktikkan dalam tingkah laku. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses yang kiranya dapat diterangkan sebagai berikut.
Pada mulanya pengetahuan didapat dengan cara percayaSelanjutnya, melalui kemampuan pancaindra dan pengalaman kepercayaan itu mulai diragukan kebenarannya. Ketika pikiran mulai bekerja, maka mulai ada perkiraan, yaitu ketika faktor yang mengiyakan ataumeniadakan mulai berat sebelah dan apabila semakin kuat, maka kemudian berubah menjadipendapat. Ketika pendapat sering teruji baik secara empirik maupun rasional, maka berubah menjadi kepastian. Akhirnya, ketika kepastian selalu teruiji baik secara empirik maupun rasional, maka berubah menjadi keyakinan yang cenderung sulit untuk diubah.
Dari proses terbentuknya pengetahuan, dapat disimpulkan bahwa hakikat pengetahuan berlapis-lapis mulai dari tingkat kepercayaan, keraguan sampai pada tingkat kepastian dan keyakinan.
Persoalan lain yaitu mengenai masalah objek pengetahuan. Jika disebutkan, objek pengetahuan bisa berupa benda mati, benda hidup, manusia, bahkan Tuhan sang Pencipta sendiri. Disini terlihat bahwa, dorongan ingin tahu itu tidak terbatas pada apakah objek itu dapat diketahui atau tidak.
Mengapa Pengetahuan itu Ada?
Adanya pengetahuan dapat ditentukan oleh faktor internal yaitu kecenderungan rasa ingin tahu, yakni dalam diri manusia sendiri, dan faktor eksternal yaitu dorongan dari luar berupa tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan. Oleh sebab itu, dalam rangka pencapaian tujuan hidup, semua masalah perlu dipecahkan satu per satu secara benar, pasti dan tepat.
Mengenai sebab adanya pengetahuan, menjadi lebih jelas jika dibahas secara kebalikan. Bagaimana seandainya manusia tidak mengupayakan adanya pengetahuan? Berbeda dengan binatang, kehidupan manusia didukung kemampuan kodrat tripotensi kejiwaan, yaitu cipta (sebagai alat untuk mengetahui nilai kebenaran), rasa (sebagai alat untuk mengetahui dan menemukan nilai keindahan), dan karsa (alat untuk mengetahui nilai kebaikan). Pengetahuan tentang tiga nilai itu mutlak perlu bagi manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan hidup dan kehidupannya.
Mengenai sebab musabab pengetahuan, juga bersangkutan erat dengan masalah sumber-sumber pengetahuan. Dikenal ada beberapa sumber, yaitu:
·         Kepercayaan, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya erbentuk norma-norma dan kaidah baku yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap tetapi subjektif.
·         Kesaksian, pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercaya adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apapun yang mereka katakan pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik, karena kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang yang cukup berpengalaman. Jika kesaksian mereka bohong, hal ini akan membahayakan kehidupan masyarakat.
·         Pengalaman indrawi, merupakan alat vital untuk penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Kemempuan panca indra sering diragukan kebenarannya, karena kemampuan alat indra sangat terbatas,dan terkadang menipu.
·         Akal pikiran, mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal yang seragam dan bersifat tetap. Akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti serta yang bersifat tetap, sehingga dapat diyakini kebenarannya, meskipun belum tentu dapat dialami secara indrawi.
·         Intuisi, sumber ini berupa gerak hati paling dalam, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan intuisi ini tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indrawi maupun akal pikiran, sehingga tidak dapat berlaku umum, hanya berlaku personal.
Kelima sumber tersebut memberikan gambaran umum mengenai sebab musabab adanya pengetahuan.
Bagaimana Adanya Pengetahuan Itu?
Penjelasan mengenai persoalan bagaimana adanya pengetahuan, berkaitan dengan sifat-sifat pengetahuan.
Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan, kesaksian, dan pengalaman indrawi digolongkan menjadi pengetahuan langsung, artinya pengetahuan yang langsung diterima tanpa adanya kritik. Jenis pengetahuan ini bersifat konkret (terikatoelh ruang dan waktu), khusus (tidak berlaku umum), bersifat relatif (selalu berubah-ubah). Dari ketiga sumber tersebut pengalaman indrawi yang lebih dapat dipercaya, karena pengetahuan ini sudah beralasan, menurut bukti-bukti empirik.
Pengetahuan bersumber dari akal pikiran ergolong ke dalam jenis pengetahuan tak langsung,karena diperoleh melalui objek yang bermacam-macam, satu per satu berubah dan bersifat konkret. Lebih dari itu dikatakan pengetahuan tak langsung karena diperoleh melaluipendekatan-pendekatan dan sudut pandang yang mungkin, serta metode atau sistem yang cocok.
Kemudian sumber pengetahuan intuisi, dapat digolongkan ke dalam pengetahuan langsung, kebenarannya sangat subjektif karena itu sulit diukur dan dijelaskan kepada orang lain. Namun, kebenaran pengetahuan ini sering membentuk sikap dan prilaku seseorang secara lebih konsisten.
Dengan pengetahuan tak langsung inilah kemudian lahir ilmu pengetahuan. Namun tidak terpisahkan dengan pengetahuan langsung. Dalam artian bahwa pengetahuan langsung merupakan awal bagi pengetahuan tak langsung dengan memberikan bahan-bahan dasar dan rangsangan untuk diolah secara metodis dan sistematis menjadi pengetahuan ilmiah.
Masalah Ilmu Pengetahuan
Dalam Webster’s New Collegiate, mengatakan ’knowledge'  (pengetahuan) menjelaskan tentang adanya sesuatu hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman, kesadaran, informasi, dan sebagainya. Sedangkan ’science’ (ilmu pengetahuan) didalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi yang lebih bersifat fisis (natural). Jadi pengetahuan dapat dipahami mempunyai cakupan yang lebihluas dan umum, sedangkan ilmu pengetahuan dapat dipahami sebagai ilmu yang mempunyai cakupan lebihsempit dan khusus dalam arti metodis, sistematis dan ilmiah.
Objek Ilmu Pengetahuan
Pembicaraan mengeni objek, dikenal ada dua jenis yaitu objek materi dan objek forma. Objek materi adalah sasaran pokok penyelidikan berupa materi yang dihadirkan dalam suatu pemikiran atau penelitian. Oleh sebab itu dalam rangka memperoleh pengetahuan yang benar dan pasti mengenai suatu objek, dengan mempertimbangkan keterbatasan kemampuan akal manusia, maka perlu dilakukan pembatasan. Pembatasan ini dilakukan dengan menentukan pertama kali jenis objek (manusia, benda, dan sebagainya), dan selanjutnya titik pandang (menurut segi mana objek materi itu diselidiki). Penentuan akan jenis objek itulah yang lalu menjadi objek materi tertentu.
Menurut objek formanya ilmu pengetahuan justru cenderung berbeda-beda dan berjenis bentuk  dan sifatnya. Objek forma mempunyai kedudukan dan peranan yang mutlak dalam menentukan suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Selanjutnya menentukan jenis ilmu pengetahuan yang tergolong bidang studi apa, dan sifat ilmu pengetahuan yang tergolong kuantitatif ataukah kualitatif.  
Metode Ilmu Pengetahuan
Di antara beberapa jenis metode, metode observasi adalah yang paling sering dipakai oleh jenis ilmu pengetahuan apapun. Observasi yang dimksud adalah tentu saja yang bersifat ilmiah, artinya observasi harus tetap didalam konteks objektivitas. Untuk itu pengamat perlu membersihkan diri, melupakan apa yang sudah diketahui dan seolah-olah melakukan pengamatan dengan mata baru. Sehubungan dengan metode observasi, pengamatan yang tapat dan objektif (dapat dibktikan kebenarannya) adalah mutlak dalam ilmu pengetahuan. Untuk itu, Titus dkk.menentukan syarat-syarat yang sahih, antara lain:
·         Pengindraan yang normal atau sehat
·         Kematangan intelektual
·         Alat-alat fisika seperti teleskop, mikroskop, dna lain-lain
·         Posisi tempat atau kondisi pengamatan harus tepat
·         Adanya pengetahuan lapangan.
Sistem Ilmu pengetahuan
Suatu fungsi bagi ilmu pengetahuan adalah mutlak adanya. Ada enam jenis sistem yang lazim dipakai di dalam ilmu pengetahuan (Soerjono Soemargono: 1989), antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.            sistem tertutup. Sistem ini tidak memungkinkan masuknya unsur-unsur baru ke dalamnya. Sistem tertutup membantu langkah-langkah penyelidikan dalam hal mulai dari penyusunan hipotesis sampai penyusunan kesimpulan. Sistem tertutup lebih banyak berhubungan dengan objek yang bersifat kuantitatif dan metode penyelidikan deduktif.
2.            sistem terbuka. Sistem ini dimaksudkan untuk memberikan peluang bagi masuknya unsur-unsur baru. Dengan sistem terbuka, penyelidikan lebih verifikatif, sehingga lebih memungkinkan untuk mencapai kebenaran ilmiah. Sistem terbuka lebih banyak dipergunakan bagi objek penyelidikan kualitaif dan metode penyelidikan induktif.
3.            sistem alami. Sistem ini memang sudah ada sejak semula merupakan suatu kesatuan yang utuh, dalam rangka tujuan yang telah pula ditentukan sejak semula. Dengan sistem alami, penyelidikan mendapatkan landasan objektif berupa sifat-sifat khas objek penyelidikan. Sistem ini sangat berguna bagi pencapaian kebenaran objektif.
4.            sistem buatan. Sistem ini jelas merupakan hasil karya manusia. Hal ini diciptakan secara sengaja untuk memenuhi segala macam kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin kompleks, yang disebabkan oleh perkembangan kuantitas manusia itu sendiri.
5.            sistem berbentuk lingkaran sisem ini sebagai perkembangan dari sistem buatan tadi. Hal ini dibuat agar lebih dapat memudahkan bagi tercapainya salah satu tujuan hidup. Dengan sistem daur, maka habitat objek penyelidikan dapat menjadi jelas, sehingga jalannya penyelidikan menjadi tetap konsisten.
6.            sistem berbentuk garis lurus. Agar dapat mencapai tujuan yang lebih mudah, maka dengan sistem ini disusunlah perjenjangan mulai dari yang paling rendah ke yang paling tinggi. Dengan proses tersebut maka keberadaan objek dapat diketahui, sehingga dapat membantu penyelidikan untuk mendapatkan kebenaran.
Daftar Referensi:
Hadi, DR. P. Hardono. 1994. Epistemologi Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius.

Jujun. S.S. 1978. Ilmu dalam Perspektif. Kanisius. Jakarta
Suhartono, Suparlan. 2010. Filsafat Ilmu Pengetahuan; wawasan, sikap dan perilaku keilmuwan. Penerbit UNM. Makassar.

Soetriano, dkk. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Penerbit Andi. Jogjakarta

Sumber-sumber lain yang relevan

*) Mahasiswa Pasca Sarjana UNM prodi Pendidikan Kimia
**) Salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu pengetahuan

0 komentar: